Penulis
: Dinara Tsabita
Tahukah kalian, bahwa Indonesia adalah
negara dengan tingkat kematian anak terbesar nomor dua di dunia karena diare setelah
India? Padahal perilaku BABS (Buang Air Besar Sembarangan) adalah pemicu
penyebaran penyakit mematikan yang banyak menyerang anak Indonesia, Diantaranya
yaitu diare dan pneumonia. Karena itulah, saya Dinara Tsabita akan mengajak
kalian mengikuti petualangan Repcil dalam Reporter Cilik Journey 2014 On Health
yang diselenggarakan oleh halaman Media Anak, Media Indonesia tanggal 12-17
Januari 2015.
Pada hari Selasa, 13 Januari 2015, kami
Duta Reporter Cilik Media Anak, Media Indonesia dari Jakarta, Bandung,
Semarang, Yogyakarta, dan Surabaya mengunjungi perumahan kumuh di bantaran Kali
Angke, Jakarta Utara. Kami pun mewawancarai beberapa warga untuk mengetahui
keadaan mereka.
Keterbatasan air bersih di Kampung
Bandan yang berada di Bantaran Kali Angke terasa memberatkan penduduk karena
biaya yang harus mereka keluarkan untuk membeli air. Menurut Asiati (63), ibu
rumah tangga yang bertempat tinggal di Kampung Bandan, Jakarta Utara, untuk
mendapatkan air bersih, Asiati mengambil air dari ledeng dengan harga Rp
2.500,00 sepikul. Saat kami mewawancarai
Lia (30), warga Garut yang merantau ke Jakarta dan membuka usaha toilet umum di
daerah ini mengatakan bahwa untuk
mendapatkan air bersih, ia mengambilnya dari sumur. Karena warga Kampung Bandan
banyak yang belum mempunyai toilet, Lia membuka usaha toilet umum di rumahnya. Beliau
mengatakan jika hujan deras, banjir dan penyakit yang ditimbulkan akibat banjir
siap mengintai. Apalagi daerah bantaran Kali Angke yang sangat rentan pada
bahaya banjir. Akibat rentannya daerah ini terhadap banjir maka pemerintah
telah turun tangan dengan menyediakan posko banjir bagi mereka yang kebanjiran
rumahnya.
Sederhana Dengan Hasil Luar Biasa
Setelah melihat permukiman kumuh di
bantaran Kali Angke, kami menuju Kantor UNICEF Indonesia, Jakarta Pusat. Kami menemui
Kak Claire Quillet, perwakilan UNICEF Indonesia, seorang spesialis WASH (Water,
sanitatin and Hygiene) yang menjelaskan beberapa program UNICEF di Indonesia. UNICEF
(United Nation of Children’s Fund) merupakan organisasi PBB yang bergerak dalam
bidang kepedulian anak-anak. Organisasi ini bekerja sama dengan pemerintah dan
masyarakat untuk mewujudkan lingkungan yang sehat.
Menurut Claire Quillet, hampir setiap
jam, 15-22 bayi di Indonesia meninggal karena terserang diare dan muntaber. Warga
Negara Perancis yang telah 8 tahun tinggal di Indonesia ini, mengatakan bahwa penyebab
diare dan muntaber yang menyerang balita dan anak-anak dipicu oleh beberapa hal
, diantaranya adalah kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan dan makanan
yang dimakan tidak higenis. Sedangkan 55 juta jiwa di Indonesia meninggal
karena BABS (Buang Air Besar Sembarangan).
“Lingkungan yang sehat diwujudkan dengan
tidak adanya kotoran dan genangan air. Untuk mewujudkan hal tersebut, kita
harus bisa mengubah perilaku untuk membiasakan diri hidup sehat dan dengan
pembuatan saluran air (got)” ujar Kak Claire saat kami tanyakan kriteria
lingkungan yang sehat.
Kak Claire menuturkan, penyakit yang
paling banyak terjadi pada anak adalah diare dan cacingan. Cara menanggulangi
diare adalah dengan akses toilet yang bersih, ketersediaan air yang jernih, dan
penggunaan sabun. Karena bila mencuci tangan hanya menggunakan air saja tidak
cukup. Sabun berperan penting untuk membunuh kuman yang berada di tangan. “Sedangkan
untuk mencegah penyakit cacingan, Puskesmas seharusnya memberi obat cacing untuk
sekolah setiap 6 bulan sekali. Tetapi
jarang sekali Puskesmas memberikan obat cacing ke sekolah-sekolah karena
mungkin mereka lupa,” ujar Kak Claire.
Kesulitan dalam mencegah BABS, menurut
Kak Claire adalah banyak orang yang tidak punya biaya untuk membangun kamar
kecil sendiri, juga banyak warga yang kurang memahami tentang bahaya BABS,
apalagi di wilayah Indonesia Timur seperti Papua, Nusa Tenggara Timur, dan
Maluku. Ketiadaan biaya akibat kemiskinan menjadi salah satu sebab minimnya
pengetahuan masyarakat terhadap pentingnya sanitasi yang besih dan sehat. Oleh karena itu, harapan Kak Claire Quillet
terhadap warga Indonesia adalah Indonesia menjadi negara yang besar dan
berpenghasilan tinggi sehingga WASH dapat diterapkan di wilayah pedalaman seperti
Papua, Maluku, dan Nusa Tenggara Timur.
Libas Penyakit Dengan Jurus Tinju Tinja
Untuk melengkapi informasi tentang
bahaya BABS, selanjutnya kami menemui Melanie Subono, Brand Ambassador dari
program Tinju Tinja, salah satu program UNICEF di Kantor Penyiaran Bens Radio
daerah Jagakarsa, Jakarta Selatan. Kak Melanie mengaku tertarik dengan program
ini setelah mendengar bahwa hampir setiap minggu orang meninggal karena virus
tinja. Kak Melanie memberi contoh, “Misalnya saya meletakkan tinja dan roti.
Lalu ada lalat yang hinggap di tinja kemudian menuju ke roti ini. Apa kamu mau makan
roti ini?” Semua orang menjawab tidak karena lalat tersebut membawa virus dari
tinja”.
Menurut Kak Melanie, hampir 80% warga
Indonesia buang tinja sembarangan karena mereka tidak punya biaya untuk
membangun toilet. Oleh karena itu, program ini difokuskan pada daerah kumuh
yaitu daerah bantaran kali dan wilayah Indonesia Timur.
Harapan Kak Melanie terhadap Indonesia
adalah menyadarkan masyarakat tentang pentingnya menghilangkan kebiasaan buang
tinja sembarangan dan terhindar dari diare. “Orang Indonesia itu kebiasaan
buruknya dijadikan budaya. Saya ingin bila nanti kamu pulang kamu kasih tahu
satu orang saja. Nanti satu lagi, satu lagi, lama-lama negara kita akan
bersih,” ungkap Kak Melanie diakhir wawancara bersama Reporter Cilik.
Kunjungan Sekolah Nyaman dan Sehat
Madrasah Ibtidaiyah Al-Barkah, Kali
Baru, Cilincing, Jakarta Utara merupakan kunjungan kami di hari Rabu (14/1).
Sekolah ini merupakan salah satu dari sekolah di Indonesia yang mendapatkan
bantuan dari Save The Children. Save The
Children membantu sekolah ini sejak tahun 2011. Save the Children adalah organisasi hak anak terkemuka di dunia
yang memiliki 28 kantor Save the Children dan beroperasi di lebih dari 120
negara. Save The Children bekerja
di bidang hak-hak anak, kesehatan, pendidikan, nutrisi dan pengamanan pangan,
kesetaraan gender, pendidikan usia dini dan pengembangan anak dengan kemampuan
yang berbeda.
Menurut keterangan Pak Ahmad Rifqi, guru
pelajaran UKS di MI Al-Barkah, bantuan dari Save
The Children diantaranya, menyediakan minum air bersih dan sehat dari Pure
It, pembuatan wastaffel di sekolah, dan pelayanan UKS (Usaha Kesehatan
Sekolah). Sebelum Save the Children
datang ke sekolah ini, UKS belum dibangun. Setelah UKS dibangun, dibentuklah
Dokter Kecil (Dokcil). Berkat bantuan dari beberapa pihak seperti Pure It, PT.
Dettol, dan PMI (Palang Merah Indonesia) .
Menurut Pak Ahmad Rifqi, terdapat 20
Dokter Kecil di MI Al-Barkah. Mereka terbagi menjadi 3, yaitu Senior, Junior,
dan baru mengenal. Untuk siswa kelas I-VI ada pelajaran UKS setiap hari Kamis,
dan setiap siswa diberi sebuah buku untuk mencatat riwayat kesehatan siswa
serta tinggi dan berat badan siswa setiap bulannya, dan akan dilaporkan ke wali
murid setiap semester.
Mutmainah, dokter kecil kelas IV MI
Al-Barkah yang pernah dikirim ke ASEAN untuk mewakili MI Al- Barkah mengatakan
bahwa ia sering mendapat pelatihan menjadi dokter kecil yang baik, diantaranya
ia melakukan pemeriksaan kuku ke kelas-kelas dan mengingatkan teman-temannya
untuk membuang sampah pada tempatnya. Harapan Mutmainah terhadap sekolahnya
ialah ia ingin agar sekolahnya lebih baik, dan teman-temannya dapat menjaga
kebersihan dan kerapian.
Setelah mendapat penjelasan dari Pak
Ahmad Rifqi, sebagai penutup, Kak Anton Roy Purnama selaku Program Officer
untuk sekolah sehat dan nyaman, memberi penjelasan tentang program-program Save the Children, salah satunya adalah SETARA (Strengthening Education
Through Awareness and Reading Achievement). SETARA membantu siswa kelas I-III untuk percepatan keaksaraan,
yaitu program percepatan membaca.
Selain itu, menurut Kak Anton, salah
satu contoh kota layak anak adalah di kota tersebut tidak ada iklan rokok.
Karena anak akan tertarik untuk mencobanya dan menjadi kecanduan. Jadi, cara
mencegah rokok pada anak-anak salah satunya adalah menjauhkan anak dari
perokok. Karena perokok pasif pada anak (baby
smoker) sama berbahayanya dengan perokok aktif. Penyakit-penyakit akibat
hal ini tak jarang menyerang para baby
smoker.
Setelah berkunjung ke MI Al-Barkah, kami
mengunjungi Rumah Sakit Brawijaya di Jl. Taman Brawijaya II No. 1, Kebayoran
Baru, Jakarta Selatan. Kami berbincang-bincang dengan Marketing Officer Rumah
Sakit Brawijaya, Wiwin Dewi Asih. Kak Wiwin mengajak kami mengelilingi Rumah
Sakit Brawijaya. Di lantai 5 rumah sakit mewah ini, terdapat ruang rawat inap
khusus anak-anak. Kami sangat tertarik dengan dekorasi ruangannya. Ruangan ini
sangat unik karena terdapat sticker kartun Disney di dindingnya. Menurut Suster
Elda, suster kamar rawat inap anak, tujuan ditempelkannya sticker tersebut
adalah agar anak-anak yang dirawat merasa nyaman dan merasa dirinya sedang
berada di rumah sakit. Di lantai 3 terdapat ruangan khusus untuk bayi yang baru
dilahirkan. Dan lantai 2 adalah lantai untuk konsultasi dokter. Kamipun sempat
mewawancarai Alivio (4), pasien Rumah Sakit Brawijaya yang terserang penyakit
diare yang mengaku senang berobat disini karena ruangannya bersih, higenis, dan
pelayanannya bagus.
Kemudian, kami mewawancarai dr. Vinci
Ghazali SpA selaku dokter spesialis anak yang bertugas di RS Brawijaya Jakarta untuk
bertanya tentang kesehatan anak. Dr. Vinci mengatakan penyakit yang paling
banyak terjadi pada anak-anak biasanya ditularkan oleh teman-temannya. Cara
mencegah penyakit menular, seperti batuk diantaranya adalah kita disarankan
untuk menggunakan masker, makan-makanan bergizi, cukup istirahat, vaksinasi dan
minum vitamin. Dan kita disarankan untuk mencuci tangan sebelum makan, sesudah
makan, setelah buang air, setelah menyentuh hewan. Menurut dr. Vinci, agar kita
selalu sehat kita harus mengkonsumsi gizi seimbang, seperti sayur, nasi,
daging, ikan, susu, dan istirahat seimbang. Harapan dr. Vinci terhadap
Indonesia adalah Indonesia menjadi negara yang kuat dan anak-anaknya sehat.
Selanjutnya, kami para Reporter Cilik
menuju Gedung Prof. Dr. Sujudi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia di Jl.
H.R. Rasuna Said, Jakarta Selatan untuk menemui dr. Lily Sulistyowati, MM, selaku
Kepala Pusat Promosi Kesehatan,
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Menyangkut tentang kesehatan anak
Indonesia, dr. Lily mengatakan bahwa di Indonesia terkenal dengan baby smoker. Hal ini terjadi karena
banyak anak yang menjadi perokok pasif (baby
smoker) bahkan pernah ditemukan seorang anak yang menjadi perokok aktif di
Indonesia yang baru berumur 2 tahun. Biasanya, penyebab anak merokok karena
melihat orangtuanya atau lingkungannya. Padahal merokok adalah pintu masuk
menuju narkoba, dan narkoba dapat menimbulkan virus HIV.
Selain membahas tentang baby smoker, dr Lily juga mengungkapkan
tentang pentingnya olahraga untuk kesehatan anak. Menurut dr. Lily, peredaran
darah anak yang suka berolahraga akan lebih lancar daripada anak yang jarang
berolahraga. Karena tingkat kesehatan anak ditandai dengan lancarnya peredaran
darah. Selain itu menurut dr. Lily, lingkungan yang sehat ikut berperan dalam
menjaga kesehatan anak. Dr Lily juga mengharapkan masyarakat Indonesia paham
betul untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.
Lingkungan yang
sehat adalah tanggung jawab kita semua, karena anak yang sehat adalah generasi penerus bangsa yang
akan membenahi dan menata wajah bangsa di masa yang akan datang. Oleh sebab
itu, kesehatan anak harus menjadi fokus perhatian. Masalah kesehatan anak tidak hanya dialami anak-anak yang
tinggal di daerah pedalaman atau terpencil yang akses untuk mendapatkan
fasilitas kesehatan memang sangat terbatas. Namun juga dialami anak-anak yang
ternyata bertempat tinggal tidak jauh dari kota-kota besar di Indonesia seperti
Jakarta. Masalah itu disebabkan juga oleh rendahnya kesadaran para orangtua dan
pihak-pihak terkait untuk menyediakan lingkungan yang juga sehat untuk
anak-anak tumbuh sehat. Sangat ironis memang, namun diperlukan peran serta dari
semua pihak untuk bersama-sama menyelesaikan bermacam-macam masalah kesehatan
yang kerap menghantui masa depan anak Indonesia. Permasalahan di atas hanya
sebagian kecil dari banyaknya masalah kesehatan yang harus dihadapi anak diusianya
yang masih sangat rentan terhadap bahaya berbagai penyakit menular yang
mematikan. Buramnya potret kesehatan anak merupakan persoalan sekaligus menjadi
tanggung jawab semua pihak baik pemerintah maupun seluruh komponen masyarakat. Dengan
memudahkan akses untuk mendapatkan fasilitas kesehatan, masalah kesehatan
seperti sanitasi yang buruk dan tidak memadai, secara perlahan namun pasti akan
teratasi.
Dan untuk anak Indonesia, ayo biasakan
diri kalian untuk hidup sehat sejak dini. Biasakan cuci tangan sebelum makan,
atau apapun yang ingin kalian masukkan ke mulut, jangan lupa cuci tangan ya,
teman. Ingatkan juga teman-teman di sekitar kalian untuk hidup bersih dan
jangan BAB di tempat yang sembarangan karena jika lingkungan kita sehat maka
tubuh kitapun akan sehat juga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar