Di sebuah rumah yang sederhana,hiduplah
seorang anak rajin dan jujur bernama Anita. Ia hanya hidup berdua dengan adik
laki-lakinya bernama Kidam. Orang tuanya telah meninggal saat Anita masih
berumur 7 tahun dan Kidam masih bayi. Untuk mencukupi kebutuhan dirinya dan
adiknya,Anita berjualan es krim di depan rumahnya. Dengan di bantu
Kheyla,sahabatnya sejak ia kecil,Anita jadi semangat untuk tetap belajar dan
tak terus bersedih. Ia dan adiknya tetap sekolah dengan uang yang diwariskan orang
tuanya sebelum meninggal.
“Adik,ayo makan dulu sebelum sekolah.”
Kata Anita menghampiri adiknya yang bersiap-siap sekolah. “Iya kak,tunggu
dulu.” Kata Kidam singkat. Anita segera
ke dapur rumahnya mengambil kotak es krim yang akan dijualnya di kantin sekolah.
Sambil menunggu adiknya makan,Anita mengambil buku dalam tasnya untuk dibaca.
“Sudah rapi kak!” Kata Kidam menyerahkan piringnya dan mengelap mulutnya yang
belepotan. “Lain kali kalau makan jangan terburu-buru sampai mulutnya belepotan
ya…” Kata Anita mengingatkan adiknya. “Ah banyak ngomong kamu kak,ayo cepat
nanti aku terlambat!” Seru Kidam. Kidam memang agak bandel kalau dinasehati
Anita. “Iya, kakak sudah selesai nih.” Kata Anita mengelap tangannya yang
basah. Lalu mengunci rumahnya dan berjalan bersama Kidam menuju sekolahnya.
Sekolah Anita memang cukup jauh dan harus ditempuh dengan berjalan kaki. Dulu
saat masih ada ayah dan ibunya,Anita dan Kidam diantar memakai mobil. Tetapi
sejak tidak ada orang tuanya,Anita bertekad untuk menjual mobil itu untuk
kebutuhan ia dan adiknya.
Di sekolahnya,Anita dan Kidam adalah orang yang paling disayangi oleh guru maupun teman-temannya. Karena Anita dan adiknya adalah siswa teladan. Dua anak bersaudara itu sering menang mengikuti lomba. Walaupun demikian,Anita dan Kidam tidak sombong.
Namun,tanpa sepengetahuan Anita di
kelasnya,ada yang sangat iri dengan prestasi Anita,namanya Sanita,Salaiha,dan
Sufaira. Ketiga saudara kembar itu berencana menyingkirkan Anita dan Kidam dari
sekolah itu. Namun,rencana mereka selalu gagal dengan akal cerdik Anita.
“Hai Anita,How are you today?” Tanya Kheyla saat bertemu dengan Anita di
gerbang sekolah. “I’m fine thanks. And
you?” Tanya Anita balik. “I’m fine
too. Eh kamu membawa kotak es krim ya. Boleh aku bantu?” Tanya Kheyla. “of course,thank you.” Kata Anita senang.
Dalam hatinya,Anita sungguh beruntung mempunyai sahabat yang sangat peduli dengannya.
Setelah Anita dan Kheyla menitipkan
kotak es krimnya kepada petugas kantin sekolah,Anita ke kelasnya. Setelah bel
masuk,MRS. Julia memasuki kelas. Pelajaran pun dimulai.
Saat bel pulang sekolah berbunyi,Anita
ke kelas adiknya untuk mencari Kidam. Ternyata Kidam sudah menunggu Anita.
Segera Anita mengajak Kidam pulang. Sebelumnya Anita mengecek uang hasil
penjualan es krim. Sampai di rumah, Anita mencuci tangannya dan mengganti
bajunya. Ia menatap liontinnya. Tampak foto keluarganya. “Andai ayah dan ibu
masih ada. Anita tidak akan kesepian seperti ini lagi.” Kata Anita menatap foto
liontinnya. Mata birunya melekat berkaca-kaca pada foto itu. Setelah lama
melihat foto liontinnya, Anita menutup liontinnya pelan-pelan. Lalu,Anita
menuju kamar adiknya.”Dik,kakak mau mengerjakan tugas kelompok di rumah Kheyla.
Adik di sini ya.” Kata Anita. “Iya kak.” Jawab Kidam singkat. Anita segera
keluar rumahnya dan berjalan kaki menuju rumah Kheyla. Jarak antara rumah Anita ke rumah Kheyla tidak terlalu
jauh. Karena dulu ayah Anita dan ayah Kheyla satu kantor. Sampai di rumah
Kheyla yang besar dan megah,Anita segera mengetuk pintu dan memberi salam.
Setelah dibukakan pintu oleh pengasuh Kheyla,Anita
segera ke kamar Kheyla. Terlihat Kheyla sedang mengeluarkan buku PR dari
tasnya. “Akhirnya kamu datang juga.”Kata Kheyla. “Iya,maaf sobat. Aku
terlambat.” Kata Anita menghampiri Kheyla.
Setelah mengerjakan tugas bersama,Anita
mohon pamit untuk pulang. Tiba-tiba ibu Kheyla datang membawa kantong dan
menyerahkan kantong tersebut kepada Anita. “Nak,tolong terima kantong berisi
uang ini dari ibu ya. Hanya alakadarnya untuk mencukupi kebutuhanmu dan
adikmu.” Kata ibu Kheyla menyerahkan kantong tersebut kepada Anita. Anita
kaget. “Maaf bu,saya tidak bisa menerimanya.” Jawab Anita sopan. “Sudah
Anita,terima saja. Lagi pula kamu dan adikmu tidak punya cukup uangkan untuk
memenuhi kebutuhan kalian.” Kata Kheyla. Karena Kheyla dan ibunya memaksa Anita
untuk menerimanya,mau tidak mau Anita harus menerimanya. “Terima kasih
bu,Kheyla. Anita tidak bisa membalas semua kebaikan kalian.” Kata Anita.
Sampai di rumah,Anita melihat adiknya
sedang tertidur pulas. Anita segera membawa kantong uang yang diberikan mama
Kheyla. Setelah dihitung,ternyata uangnya banyak sekali. “Alhamdulillah,uangnya
banyak sekali. Ini bisa untuk mencukupi kebutuhanku dan Kidam!” Kata Anita.
Anita sangat senang memiliki sahabat sebaik Kheyla.
Esoknya di kelas,Anita melihat teman
baru di kelasnya. Mrs Julia memperkenalkan anak baru itu di kelasnya. Nama anak
itu Cathy. Setelah memperkenalkan diri,Mrs. Julia mempersilahkan Cathy memilih
tempat duduknya. Cathy memilih duduk di belakang Anita. Bersama Sufaira.
Saat istirahat,mereka bermain bersama
Cathy. “Cathy,dulu kamu tinggal dimana?” Tanya Anita. Cathy tak menjawab
pertanyaan Anita. Tatap matanya terlihat sombong. Untung ada Kheyla yang segera
mengajak Anita keluar dari kelas.
“Sekolah kita akan mengikuti lomba Karya
Tulis tingkat provinsi. Silahkan kalian siapkan karya terbaik kalian untuk
dipilih mewakili sekolah. Minggu depan karya kalian sudah harus dikumpulkan!”
kata Mrs Julia sesaat sebelum bel pulang berdering. Anita segera berkemas.
Dalam otaknya sudah banyak ide yang akan dia tulis.
Seminggu telah berlalu. Pagi itu dikelas
suasananya ramai sekali. Rupanya teman-teman Anita saling memperlihatkan
karyanya masing-masing. “Anita, Can I
look your essay story?” tanya Kheyla. “Sure..”
kata Anita sambil memberikan karya tulisnya. Tak lama kemudian. “Anita, adikmu
terjatuh di lapangan” seru Sanita. Bergegas Anita dan Kheyla keluar kelas
menuju lapangan sekolah. Tetapi ternyata Kidam baik-baik saja. Dia sedang
bermain basket dengan teman-temannya. Rupanya itu hanya akal-akalan Sanita
bersaudara dan Cathy untuk menyembunyikan karya tulis Anita saat Anita dan
Kheyla sedang lengah.
Bel masuk berbunyi. “Anak-anak, ayo
kumpulkan karya tulis kalian. Nanti siang akan Ibu umumkan karya siapa yang
terbaik” kata Mrs Julia saat baru masuk kelas. Anita panik. Karya tulisnya tak
ada di dalam tasnya. “Kheyla, kamu melihat karya tulisku,nggak? Kok nggak ada
di dalam tasku?” tanya Anita hampir menangis. “Lho…bukankah tadi ada diatas
mejamu.” kata Kheyla. Mrs Julia yang melihat kepanikan Anita segera bertanya
pada Anita. Sambil agak menangis Anita berkata “Karya tulis saya hilang,Bu”.
Beruntung Mrs Julia memahami perasaan Anita. Karena dia tahu, Anita adalah
murid yang rajin dan jujur, tak mungkin Anita berbohong padanya.
“Anak-anak, siapa diantara kalian yang
tahu dimana lembaran karya tulis Anita?” tanya Mrs Julia. Namun tak seorangpun
yang menjawabnya. Setelah berkali-kali Mrs Julia bertanya pada murid-muridnya,
akhirnya, Mrs Julia memanggil security sekolah untuk membantunya menggeledah
tas murid di kelas Anita.
Ternyata, lembaran karya tulis Anita
ditemukan di dalam tas Sufaira. Sufaira sangat ketakutan ketika Mrs Julia
menggeledah tasnya. Mrs Julia pun memanggil Sufaira. Sufaira akhirnya mengaku
bahwa ide menyembunyikan lembaran karya tulis Anita berasal dari Cathy dan dia
beserta dua saudara kembarnya menyetujui ide itu. Mereka iri dengan prestasi
yang diperoleh Anita selama ini.
“Anak-anak, siapapun bisa mencapai hasil
maksimal apabila tekun dan bersungguh-sungguh” kata Mrs Julia.
Sanita,Salaiha,dan Sufaira serta Cathy meminta maaf pada Anita. Mereka
berjanji tidak akan mengulangi
perbuatannya lagi. Anita bahagia mendengarnya. Sejak saat itu mereka bersahabat
dan sering belajar bersama. Sanita, Salaiha, Sufaira dan Cathy selalu belajar
dari kerja keras dan kesabaran Anita, meski Anita seorang yatim piatu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar