welcome to my world

Minggu, 18 Januari 2015

Anak Sehat, Pesan Untuk Negeriku




Penulis : Dinara Tsabita
Tahukah kalian, bahwa Indonesia adalah negara dengan tingkat kematian anak terbesar nomor dua di dunia karena diare setelah India? Padahal perilaku BABS (Buang Air Besar Sembarangan) adalah pemicu penyebaran penyakit mematikan yang banyak menyerang anak Indonesia, Diantaranya yaitu diare dan pneumonia. Karena itulah, saya Dinara Tsabita akan mengajak kalian mengikuti petualangan Repcil dalam Reporter Cilik Journey 2014 On Health yang diselenggarakan oleh halaman Media Anak, Media Indonesia tanggal 12-17 Januari 2015.

Pada hari Selasa, 13 Januari 2015, kami Duta Reporter Cilik Media Anak, Media Indonesia dari Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, dan Surabaya mengunjungi perumahan kumuh di bantaran Kali Angke, Jakarta Utara. Kami pun mewawancarai beberapa warga untuk mengetahui keadaan mereka. 


Keterbatasan air bersih di Kampung Bandan yang berada di Bantaran Kali Angke terasa memberatkan penduduk karena biaya yang harus mereka keluarkan untuk membeli air. Menurut Asiati (63), ibu rumah tangga yang bertempat tinggal di Kampung Bandan, Jakarta Utara, untuk mendapatkan air bersih, Asiati mengambil air dari ledeng dengan harga Rp 2.500,00 sepikul.  Saat kami mewawancarai Lia (30), warga Garut yang merantau ke Jakarta dan membuka usaha toilet umum di daerah ini mengatakan bahwa  untuk mendapatkan air bersih, ia mengambilnya dari sumur. Karena warga Kampung Bandan banyak yang belum mempunyai toilet, Lia membuka usaha toilet umum di rumahnya. Beliau mengatakan jika hujan deras, banjir dan penyakit yang ditimbulkan akibat banjir siap mengintai. Apalagi daerah bantaran Kali Angke yang sangat rentan pada bahaya banjir. Akibat rentannya daerah ini terhadap banjir maka pemerintah telah turun tangan dengan menyediakan posko banjir bagi mereka yang kebanjiran rumahnya.
Sederhana Dengan Hasil Luar Biasa
Setelah melihat permukiman kumuh di bantaran Kali Angke, kami menuju Kantor UNICEF Indonesia, Jakarta Pusat. Kami menemui Kak Claire Quillet, perwakilan UNICEF Indonesia, seorang spesialis WASH (Water, sanitatin and Hygiene) yang menjelaskan beberapa program UNICEF di Indonesia. UNICEF (United Nation of Children’s Fund) merupakan organisasi PBB yang bergerak dalam bidang kepedulian anak-anak. Organisasi ini bekerja sama dengan pemerintah dan masyarakat untuk mewujudkan lingkungan yang sehat. 

Menurut Claire Quillet, hampir setiap jam, 15-22 bayi di Indonesia meninggal karena terserang diare dan muntaber. Warga Negara Perancis yang telah 8 tahun tinggal di Indonesia ini, mengatakan bahwa penyebab diare dan muntaber yang menyerang balita dan anak-anak dipicu oleh beberapa hal , diantaranya adalah kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan dan makanan yang dimakan tidak higenis. Sedangkan 55 juta jiwa di Indonesia meninggal karena BABS (Buang Air Besar Sembarangan).
“Lingkungan yang sehat diwujudkan dengan tidak adanya kotoran dan genangan air. Untuk mewujudkan hal tersebut, kita harus bisa mengubah perilaku untuk membiasakan diri hidup sehat dan dengan pembuatan saluran air (got)” ujar Kak Claire saat kami tanyakan kriteria lingkungan yang sehat.
Kak Claire menuturkan, penyakit yang paling banyak terjadi pada anak adalah diare dan cacingan. Cara menanggulangi diare adalah dengan akses toilet yang bersih, ketersediaan air yang jernih, dan penggunaan sabun. Karena bila mencuci tangan hanya menggunakan air saja tidak cukup. Sabun berperan penting untuk membunuh kuman yang berada di tangan. “Sedangkan untuk mencegah penyakit cacingan, Puskesmas seharusnya memberi obat cacing untuk sekolah  setiap 6 bulan sekali. Tetapi jarang sekali Puskesmas memberikan obat cacing ke sekolah-sekolah karena mungkin mereka lupa,” ujar Kak Claire.
Kesulitan dalam mencegah BABS, menurut Kak Claire adalah banyak orang yang tidak punya biaya untuk membangun kamar kecil sendiri, juga banyak warga yang kurang memahami tentang bahaya BABS, apalagi di wilayah Indonesia Timur seperti Papua, Nusa Tenggara Timur, dan Maluku. Ketiadaan biaya akibat kemiskinan menjadi salah satu sebab minimnya pengetahuan masyarakat terhadap pentingnya sanitasi yang besih dan sehat.  Oleh karena itu, harapan Kak Claire Quillet terhadap warga Indonesia adalah Indonesia menjadi negara yang besar dan berpenghasilan tinggi sehingga WASH dapat diterapkan di wilayah pedalaman seperti Papua, Maluku, dan Nusa Tenggara Timur.

Libas Penyakit Dengan Jurus Tinju Tinja

Untuk melengkapi informasi tentang bahaya BABS, selanjutnya kami menemui Melanie Subono, Brand Ambassador dari program Tinju Tinja, salah satu program UNICEF di Kantor Penyiaran Bens Radio daerah Jagakarsa, Jakarta Selatan. Kak Melanie mengaku tertarik dengan program ini setelah mendengar bahwa hampir setiap minggu orang meninggal karena virus tinja. Kak Melanie memberi contoh, “Misalnya saya meletakkan tinja dan roti. Lalu ada lalat yang hinggap di tinja kemudian menuju ke roti ini. Apa kamu mau makan roti ini?” Semua orang menjawab tidak karena lalat tersebut membawa virus dari tinja”.
Menurut Kak Melanie, hampir 80% warga Indonesia buang tinja sembarangan karena mereka tidak punya biaya untuk membangun toilet. Oleh karena itu, program ini difokuskan pada daerah kumuh yaitu daerah bantaran kali dan wilayah Indonesia Timur. 

Harapan Kak Melanie terhadap Indonesia adalah menyadarkan masyarakat tentang pentingnya menghilangkan kebiasaan buang tinja sembarangan dan terhindar dari diare. “Orang Indonesia itu kebiasaan buruknya dijadikan budaya. Saya ingin bila nanti kamu pulang kamu kasih tahu satu orang saja. Nanti satu lagi, satu lagi, lama-lama negara kita akan bersih,” ungkap Kak Melanie diakhir wawancara bersama Reporter Cilik. 

Kunjungan Sekolah Nyaman dan Sehat

Madrasah Ibtidaiyah Al-Barkah, Kali Baru, Cilincing, Jakarta Utara merupakan kunjungan kami di hari Rabu (14/1). Sekolah ini merupakan salah satu dari sekolah di Indonesia yang mendapatkan bantuan dari Save The Children. Save The Children membantu sekolah ini sejak tahun 2011. Save the Children  adalah organisasi hak anak terkemuka di dunia yang memiliki 28 kantor Save the Children dan beroperasi di lebih dari 120 negara. Save The Children bekerja di bidang hak-hak anak, kesehatan, pendidikan, nutrisi dan pengamanan pangan, kesetaraan gender, pendidikan usia dini dan pengembangan anak dengan kemampuan yang berbeda.
Menurut keterangan Pak Ahmad Rifqi, guru pelajaran UKS di MI Al-Barkah, bantuan dari Save The Children diantaranya, menyediakan minum air bersih dan sehat dari Pure It, pembuatan wastaffel di sekolah, dan pelayanan UKS (Usaha Kesehatan Sekolah). Sebelum Save the Children datang ke sekolah ini, UKS belum dibangun. Setelah UKS dibangun, dibentuklah Dokter Kecil (Dokcil). Berkat bantuan dari beberapa pihak seperti Pure It, PT. Dettol, dan PMI (Palang Merah Indonesia) .

Menurut Pak Ahmad Rifqi, terdapat 20 Dokter Kecil di MI Al-Barkah. Mereka terbagi menjadi 3, yaitu Senior, Junior, dan baru mengenal. Untuk siswa kelas I-VI ada pelajaran UKS setiap hari Kamis, dan setiap siswa diberi sebuah buku untuk mencatat riwayat kesehatan siswa serta tinggi dan berat badan siswa setiap bulannya, dan akan dilaporkan ke wali murid setiap semester.

Mutmainah, dokter kecil kelas IV MI Al-Barkah yang pernah dikirim ke ASEAN untuk mewakili MI Al- Barkah mengatakan bahwa ia sering mendapat pelatihan menjadi dokter kecil yang baik, diantaranya ia melakukan pemeriksaan kuku ke kelas-kelas dan mengingatkan teman-temannya untuk membuang sampah pada tempatnya. Harapan Mutmainah terhadap sekolahnya ialah ia ingin agar sekolahnya lebih baik, dan teman-temannya dapat menjaga kebersihan dan kerapian.

Setelah mendapat penjelasan dari Pak Ahmad Rifqi, sebagai penutup, Kak Anton Roy Purnama selaku Program Officer untuk sekolah sehat dan nyaman, memberi penjelasan tentang program-program Save the Children, salah satunya adalah SETARA (Strengthening Education Through Awareness and Reading Achievement). SETARA membantu siswa kelas I-III untuk percepatan keaksaraan, yaitu program percepatan membaca.

Selain itu, menurut Kak Anton, salah satu contoh kota layak anak adalah di kota tersebut tidak ada iklan rokok. Karena anak akan tertarik untuk mencobanya dan menjadi kecanduan. Jadi, cara mencegah rokok pada anak-anak salah satunya adalah menjauhkan anak dari perokok. Karena perokok pasif pada anak (baby smoker) sama berbahayanya dengan perokok aktif. Penyakit-penyakit akibat hal ini tak jarang menyerang para baby smoker

Setelah berkunjung ke MI Al-Barkah, kami mengunjungi Rumah Sakit Brawijaya di Jl. Taman Brawijaya II No. 1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Kami berbincang-bincang dengan Marketing Officer Rumah Sakit Brawijaya, Wiwin Dewi Asih. Kak Wiwin mengajak kami mengelilingi Rumah Sakit Brawijaya. Di lantai 5 rumah sakit mewah ini, terdapat ruang rawat inap khusus anak-anak. Kami sangat tertarik dengan dekorasi ruangannya. Ruangan ini sangat unik karena terdapat sticker kartun Disney di dindingnya. Menurut Suster Elda, suster kamar rawat inap anak, tujuan ditempelkannya sticker tersebut adalah agar anak-anak yang dirawat merasa nyaman dan merasa dirinya sedang berada di rumah sakit. Di lantai 3 terdapat ruangan khusus untuk bayi yang baru dilahirkan. Dan lantai 2 adalah lantai untuk konsultasi dokter. Kamipun sempat mewawancarai Alivio (4), pasien Rumah Sakit Brawijaya yang terserang penyakit diare yang mengaku senang berobat disini karena ruangannya bersih, higenis, dan pelayanannya bagus. 

Kemudian, kami mewawancarai dr. Vinci Ghazali SpA selaku dokter spesialis anak yang bertugas di RS Brawijaya Jakarta untuk bertanya tentang kesehatan anak. Dr. Vinci mengatakan penyakit yang paling banyak terjadi pada anak-anak biasanya ditularkan oleh teman-temannya. Cara mencegah penyakit menular, seperti batuk diantaranya adalah kita disarankan untuk menggunakan masker, makan-makanan bergizi, cukup istirahat, vaksinasi dan minum vitamin. Dan kita disarankan untuk mencuci tangan sebelum makan, sesudah makan, setelah buang air, setelah menyentuh hewan. Menurut dr. Vinci, agar kita selalu sehat kita harus mengkonsumsi gizi seimbang, seperti sayur, nasi, daging, ikan, susu, dan istirahat seimbang. Harapan dr. Vinci terhadap Indonesia adalah Indonesia menjadi negara yang kuat dan anak-anaknya sehat.

Selanjutnya, kami para Reporter Cilik menuju Gedung Prof. Dr. Sujudi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia di Jl. H.R. Rasuna Said, Jakarta Selatan untuk menemui dr. Lily Sulistyowati, MM, selaku Kepala Pusat Promosi  Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Menyangkut tentang kesehatan anak Indonesia, dr. Lily mengatakan bahwa di Indonesia terkenal dengan baby smoker. Hal ini terjadi karena banyak anak yang menjadi perokok pasif (baby smoker) bahkan pernah ditemukan  seorang anak yang menjadi perokok aktif di Indonesia yang baru berumur 2 tahun. Biasanya, penyebab anak merokok karena melihat orangtuanya atau lingkungannya. Padahal merokok adalah pintu masuk menuju narkoba, dan narkoba dapat menimbulkan virus HIV. 

Selain membahas tentang baby smoker, dr Lily juga mengungkapkan tentang pentingnya olahraga untuk kesehatan anak. Menurut dr. Lily, peredaran darah anak yang suka berolahraga akan lebih lancar daripada anak yang jarang berolahraga. Karena tingkat kesehatan anak ditandai dengan lancarnya peredaran darah. Selain itu menurut dr. Lily,  lingkungan yang sehat ikut berperan dalam menjaga kesehatan anak. Dr Lily juga mengharapkan masyarakat Indonesia paham betul untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.

Lingkungan yang sehat adalah tanggung jawab kita semua, karena anak  yang sehat adalah generasi penerus bangsa yang akan membenahi dan menata wajah bangsa di masa yang akan datang. Oleh sebab itu, kesehatan anak harus menjadi fokus perhatian. Masalah kesehatan anak tidak hanya dialami anak-anak yang tinggal di daerah pedalaman atau terpencil yang akses untuk mendapatkan fasilitas kesehatan memang sangat terbatas. Namun juga dialami anak-anak yang ternyata bertempat tinggal tidak jauh dari kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta. Masalah itu disebabkan juga oleh rendahnya kesadaran para orangtua dan pihak-pihak terkait untuk menyediakan lingkungan yang juga sehat untuk anak-anak tumbuh sehat. Sangat ironis memang, namun diperlukan peran serta dari semua pihak untuk bersama-sama menyelesaikan bermacam-macam masalah kesehatan yang kerap menghantui masa depan anak Indonesia. Permasalahan di atas hanya sebagian kecil dari banyaknya masalah kesehatan yang harus dihadapi anak diusianya yang masih sangat rentan terhadap bahaya berbagai penyakit menular yang mematikan. Buramnya potret kesehatan anak merupakan persoalan sekaligus menjadi tanggung jawab semua pihak baik pemerintah maupun seluruh komponen masyarakat. Dengan memudahkan akses untuk mendapatkan fasilitas kesehatan, masalah kesehatan seperti sanitasi yang buruk dan tidak memadai, secara perlahan namun pasti akan teratasi.

Dan untuk anak Indonesia, ayo biasakan diri kalian untuk hidup sehat sejak dini. Biasakan cuci tangan sebelum makan, atau apapun yang ingin kalian masukkan ke mulut, jangan lupa cuci tangan ya, teman. Ingatkan juga teman-teman di sekitar kalian untuk hidup bersih dan jangan BAB di tempat yang sembarangan karena jika lingkungan kita sehat maka tubuh kitapun akan sehat juga.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar