welcome to my world

Kamis, 10 Mei 2018


Pohon Harapan


Sore itu saat sang surya condong ke barat dan kawanan burung berarak pulang, anak-anak pun berlarian riang menuju ke sebuah lapangan di kampung itu. Lapangan yang luas dengan pohon-pohon rindang. Mereka terlihat senang bermain sambil berlarian.  Awan sore yang kemerahan membuat udara terasa hangat.  Serasa ikut merasakan kehangatan persahabatan Mira dan kawan-kawannya.

“Mira, ayo cepat!” teriak seorang anak kecil memanggil temannya.

Anak yang dipanggil Mira itu menoleh sambil tertawa. Segera ia lari mengejar teman dari grup lawan. Permainan mereka terhenti oleh mobil pengangkut barang yang berhenti di depan sebuah rumah kosong di seberang lapangan. Seorang pria paruh baya terlihat menurunkan barang dan perabotan dari atas mobil.

“Ada tetanggga baru, ya?” tanya seorang bocah laki-laki bertubuh gendut, Boni.

“Sepertinya iya. Rumah itu baru selesai direnovasi bulan lalu,” kata Mira.

“Eh, ada anak yang turun dari mobil itu. Kayaknya dia seumuran sama kita. Kenalan, yuk,” kata anak perempuan yang dikuncir dua.

“Ayo!” sahut anak yang lain.

Langkah-langkah kecil mereka bergerak mendekati bocah perempuan yang memegang boneka beruang kecil.

“Hai,” sapa Mira.

“Oh, hai,” jawab bocah itu sambil tersenyum lebar.

“Namaku Mira dan ini teman-temanku. Siapa namamu?” tanya Mira sambil mengulurkan tangannya.

“Namaku  Putu . Salam kenal,” jawab Putu sambil mengulurkan tangannya.

Mereka saling berkenalan. Putu mengatakan dirinya pindah dari Bali karena ayahnya pindah kerja.

“Putu, main bareng, yuk. Kita lagi main bentengan nih,” ajak Doni.

“Oke. Sebentar, ya, aku izin ibuku dulu,” kata Putu.
 Tak seberapa lama , mereka bermain bersama  di lapangan. Setelah lelah bermain,mereka beristirahat sambil bercengkerama di bawah pohon rindang di pinggir lapangan. Mereka terlihat akrab. Putu pun tak terlihat canggung dengan teman barunya  

“Oiya, Putu. Kamu sudah pernah mendengar Pohon Harapan, belum?” tanya Ani.

“Belum. Pohon apa itu?”
“Di kampung kami ada Pohon Harapan. Pohonnya besar banget. Kata kakekku pohon itu sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu hingga sekarangpun  pohon itu masih kuat dan kokoh,” kata Boni.

“Kami menyebutnya  Pohon Harapan karena kita bisa menulis apa saja harapan dan cita-cita kita di kertas warna warni lalu kita gantungkan kertas  itu di dahan pohon. Lucu yaa..,” lanjut Doni.

“Wah, keren! Boleh tidak aku menggantungkan harapanku juga?” tanya Putu.

“Tentu saja boleh,” jawab teman-teman baru serempak.

“Kata Ustaz Ali, asalkan disertai dengan doa dan usaha, pasti harapan itu akan menjadi kenyataan,” kata Mira.

Putu  tersenyum senang mendengar penjelasan teman-temannya. Tak terasa hari beranjak malam. Awan merah mulai berganti gelap. Karena sudah malam, anak-anak itupun pulang ke rumah masing-masing.
****

Minggu pagi ini, matahari mulai menampakkan dirinya dengan malu-malu di ufuk timur. Tetes embun pagi di dedaunan membuat pagi itu terasa sejuk. Angin semilir bertiup pelan. Kicauan burung seolah menemani anak-anak  yang  riang bermain di bawah sebuah pohon besar di tanah lapang kampung.

Putu tertegun melihat pohon yang  paling besar dibanding pohon-pohon lain di sekitarnya. Di dahan-dahannya terdapat botol-botol kaca dengan secarik kertas yang  digulung didalamnya digantungkan dengan tali.

“Nih, Putu. Tulis harapan atau cita-citamu di sini dan masukkan ke botolnya,” kata Mira menyodorkan secarik kertas, pulpen, dan botol kaca.

Setelah selesai menuliskan harapannya, Putu menggulung kertas tersebut dan dimasukkan ke dalam botol kaca.

“Sudah selesai? Kalau sudah, ayo gantungkan!” ajak Doni.

Putu terlihat ragu-ragu untuk memanjat pohon.

 “Kamu tidak bisa memanjat?” tanya Mira.

“Aku takut. Aku belum pernah memanjat pohon sebelumnya,” jawab Putu.

 “ Tak apa-apa. Kamu pasti bisa. Kami siap membantumu, kok.” kata Ani sambil tersenyum.

Akhirnya dengan bantuan teman-temannya, Putu pun berhasil memanjat pohon itu dan menggantungkannya di sebuah dahannya. Setelah itu ia berdoa agar harapannya terwujud. Mereka semua tersenyum.


“Oiya..teman-teman,bulan depan  aku akan berulang tahun. Aku akan membuat pesta perayaan di rumahku. Datang, ya,” kata Mira.

“Kami pasti akan datang, Mira,” jawab teman-temannya.

***
Hiasan balon warna warni, aneka hidangan dan tak ketinggalan sebuah kue ulang tahun nan cantik menghiasi ruang tamu rumah Mira. Mira dengan senyum manis  siap menyambut kedatangan teman-temannya. Tak seberapa lama, teman-teman Mira mulai berdatangan.

 “Selamat ulang tahun, Mira,” kata Putu sambil menyerahkan kado yang ia bawa.

“Terima kasih, Putu. Ayo duduk, acaranya mau dimulai,” jawab Mira.

Setelah acara tiup lilin, Mira mempersilakan teman-temannya untuk menikmati hidangan  yang tersedia.  

“Teman-teman, silakan dinikmati makanannya. Ini buatan ibuku, lho,” kata Mira.

“ Hhmmm yummy…enak nih rendangnya “ kata Boni sambil memegang piring yang penuh makanan.

Ada rendang, balado dan tak lupa gulai tunjang kesukaan teman-teman Mira. Hari ini ibu memasak khusus untuk ulangtahun Mira. Ibu Mira adalah orang Minang yang terkenal pandai memasak. Namun  ada yang aneh, Mira tidak melihat Putu menyentuh makanan itu sedikitpun. Padahal Mira telah berkali-kali mempersilahkan Putu. Namun Putu tak bergeming. Hingga acara usai, sedikitpun Putu tak menyentuh hidangan yang disediakan keluarga Mira. Mira sangat tersinggung dengan sikap Putu yang seolah-olah tak menghargai sajian hidangan di pesta ulang tahunnnya.

****
Hari berlalu, namun rasa tersinggung dan marah Mira pada Putu membuat Mira malas untuk bermain bahkan bertegur sapa. Hingga suatu saat, tiba-tiba Lia membawa kabar bahwa Putu akan pindah ke Bali. Mira pun tak bergeming saat teman-temannya mengajaknya ke rumah Putu untuk mengantar kepindahannya.

Keesokan harinya , ketika Mira sedang bermain bersama teman-temannya di lapangan, ia menoleh ke rumah yang dulu ditempati Putu. Meskipun ia senang bermain dengan teman-temannya saat ini, ia merasa ada hal yang hilang, ia merindukan Putu.

“Oiya, kalian sudah dengar kabar dari Pak Kepala Desa belum?” tanya Ani.

“Kabar apa?” tanya Lia.

“Kabarnya Pohon Harapan akan ditebang. Bukan hanya Pohon Harapan saja, tetapi semua pohon di sekitarnya akan ditebang karena akan dibangun sebuah balai pertemuan disana,” kata Ani.

“Apa?!” tanya Mira dan teman-temannya terkejut.

“Kapan pohonnya akan ditebang?” tanya Mira.

“Sepertinya mereka sudah mulai akan menebangnya sore hari ini. Tadi pagi aku lihat ada beberapa alat berat di sekitar Pohon Harapan,” jawab Ani.

“Ke sana, yuk! Kita harus melihat Pohon harapan terakhir kali sebelum ditebang,” ajak Boni dan disahut oleh anggukan teman-temannya.

Mereka segera berlari ke Pohon Harapan. Sesampainya di sana, banyak warga yang berkerumun di sekitar Pohon Harapan yang sedang ditebang. Mira dan teman-temannya mengamati pohon yang ditebang itu dengan sedih. Tanpa disadari, setetes air mata menetes dari matanya. Ia sedih melihat botol kaca yang berisi harapan-harapan tersebut berjatuhan.

Sebuah botol kaca menggelinding di tanah dan berhenti karena tertahan kaki Mira. Karena rasa penasaran, ia menghapus air matanya dan mengambil botol kaca tersebut. Betapa terkejutnya ia menyadari bahwa kertas di dalamnya adalah tulisan Putu.

Maafkan kesalahanku, sahabat-sahabatku…Aku bahagia bermain dengan kalian, dan semua hal yang aku habiskan bersama kalian. Kalian sudah membuat hari-hariku terasa menyenangkan di kampung ini. Kalian sahabat terbaikku.
Dan untuk Mira, sahabat tersayangku..Maafkan bila aku mengecewakanmu di pesta ulang tahunmu. Aku yakin masakan ibumu sangat lezat. Namun maaf, sebagai orang hindu, agama kami sangat menghormati sapi  dan kami tidak boleh memakan daging sapi.  Maaf bila aku tidak sempat menjelaskan hal ini sebelumnya. Selamat tinggal sahabatku... Aku menyayangi kalian

Salam hangat
Putu


Tak terasa air mata Mira semakin deras menetes.  Ia merasa sangat bersalah kepada Putu. Akibat kesalahpahaman ini persahabatannya  hancur hingga detik terakhir kepindahan Putu.Entah bagaimana bisa bertemu Putu lagi, hanya lewat desiran angin ini ia titipkan rindu dan maafnya pada Putu.  Maafkan aku, sahabatku.

 ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar