welcome to my world

Selasa, 26 November 2013

Perjuangan Anita



Di sebuah rumah yang sederhana,hiduplah seorang anak rajin dan jujur bernama Anita. Ia hanya hidup berdua dengan adik laki-lakinya bernama Kidam. Orang tuanya telah meninggal saat Anita masih berumur 7 tahun dan Kidam masih bayi. Untuk mencukupi kebutuhan dirinya dan adiknya,Anita berjualan es krim di depan rumahnya. Dengan di bantu Kheyla,sahabatnya sejak ia kecil,Anita jadi semangat untuk tetap belajar dan tak terus bersedih. Ia dan adiknya tetap sekolah dengan uang yang diwariskan orang tuanya sebelum meninggal.
“Adik,ayo makan dulu sebelum sekolah.” Kata Anita menghampiri adiknya yang bersiap-siap sekolah. “Iya kak,tunggu dulu.” Kata Kidam  singkat. Anita segera ke dapur rumahnya mengambil kotak es krim yang akan dijualnya di kantin sekolah. Sambil menunggu adiknya makan,Anita mengambil buku dalam tasnya untuk dibaca. “Sudah rapi kak!” Kata Kidam menyerahkan piringnya dan mengelap mulutnya yang belepotan. “Lain kali kalau makan jangan terburu-buru sampai mulutnya belepotan ya…” Kata Anita mengingatkan adiknya. “Ah banyak ngomong kamu kak,ayo cepat nanti aku terlambat!” Seru Kidam. Kidam memang agak bandel kalau dinasehati Anita. “Iya, kakak sudah selesai nih.” Kata Anita mengelap tangannya yang basah. Lalu mengunci rumahnya dan berjalan bersama Kidam menuju sekolahnya. Sekolah Anita memang cukup jauh dan harus ditempuh dengan berjalan kaki. Dulu saat masih ada ayah dan ibunya,Anita dan Kidam diantar memakai mobil. Tetapi sejak tidak ada orang tuanya,Anita bertekad untuk menjual mobil itu untuk kebutuhan ia dan adiknya.                                                                                                                                       

Di sekolahnya,Anita dan Kidam adalah orang yang paling disayangi oleh guru maupun teman-temannya. Karena Anita dan adiknya adalah siswa teladan. Dua anak bersaudara itu sering menang mengikuti lomba. Walaupun demikian,Anita dan Kidam tidak sombong.
Namun,tanpa sepengetahuan Anita di kelasnya,ada yang sangat iri dengan prestasi Anita,namanya Sanita,Salaiha,dan Sufaira. Ketiga saudara kembar itu berencana menyingkirkan Anita dan Kidam dari sekolah itu. Namun,rencana mereka selalu gagal dengan akal cerdik Anita.
“Hai Anita,How are you today?” Tanya Kheyla saat bertemu dengan Anita di gerbang sekolah. “I’m fine thanks. And you?” Tanya Anita balik. “I’m fine too. Eh kamu membawa kotak es krim ya. Boleh aku bantu?” Tanya Kheyla. “of course,thank you.” Kata Anita senang. Dalam hatinya,Anita sungguh beruntung mempunyai sahabat yang sangat peduli dengannya. Setelah Anita dan Kheyla  menitipkan kotak es krimnya kepada petugas kantin sekolah,Anita ke kelasnya. Setelah bel masuk,MRS. Julia memasuki kelas. Pelajaran pun dimulai.
Saat bel pulang sekolah berbunyi,Anita ke kelas adiknya untuk mencari Kidam. Ternyata Kidam sudah menunggu Anita. Segera Anita mengajak Kidam pulang. Sebelumnya Anita mengecek uang hasil penjualan es krim. Sampai di rumah, Anita mencuci tangannya dan mengganti bajunya. Ia menatap liontinnya. Tampak foto keluarganya. “Andai ayah dan ibu masih ada. Anita tidak akan kesepian seperti ini lagi.” Kata Anita menatap foto liontinnya. Mata birunya melekat berkaca-kaca pada foto itu. Setelah lama melihat foto liontinnya, Anita menutup liontinnya pelan-pelan. Lalu,Anita menuju kamar adiknya.”Dik,kakak mau mengerjakan tugas kelompok di rumah Kheyla. Adik di sini ya.” Kata Anita. “Iya kak.” Jawab Kidam singkat. Anita segera keluar rumahnya dan berjalan kaki menuju rumah Kheyla. Jarak antara  rumah Anita ke rumah Kheyla tidak terlalu jauh. Karena dulu ayah Anita dan ayah Kheyla satu kantor. Sampai di rumah Kheyla yang besar dan megah,Anita segera mengetuk pintu dan memberi salam. Setelah dibukakan pintu oleh pengasuh  Kheyla,Anita segera ke kamar Kheyla. Terlihat Kheyla sedang mengeluarkan buku PR dari tasnya. “Akhirnya kamu datang juga.”Kata Kheyla. “Iya,maaf sobat. Aku terlambat.” Kata Anita menghampiri Kheyla.                                                               
Setelah mengerjakan tugas bersama,Anita mohon pamit untuk pulang. Tiba-tiba ibu Kheyla datang membawa kantong dan menyerahkan kantong tersebut kepada Anita. “Nak,tolong terima kantong berisi uang ini dari ibu ya. Hanya alakadarnya untuk mencukupi kebutuhanmu dan adikmu.” Kata ibu Kheyla menyerahkan kantong tersebut kepada Anita. Anita kaget. “Maaf bu,saya tidak bisa menerimanya.” Jawab Anita sopan. “Sudah Anita,terima saja. Lagi pula kamu dan adikmu tidak punya cukup uangkan untuk memenuhi kebutuhan kalian.” Kata Kheyla. Karena Kheyla dan ibunya memaksa Anita untuk menerimanya,mau tidak mau Anita harus menerimanya. “Terima kasih bu,Kheyla. Anita tidak bisa membalas semua kebaikan kalian.” Kata Anita.
Sampai di rumah,Anita melihat adiknya sedang tertidur pulas. Anita segera membawa kantong uang yang diberikan mama Kheyla. Setelah dihitung,ternyata uangnya banyak sekali. “Alhamdulillah,uangnya banyak sekali. Ini bisa untuk mencukupi kebutuhanku dan Kidam!” Kata Anita. Anita sangat senang memiliki sahabat sebaik Kheyla.
Esoknya di kelas,Anita melihat teman baru di kelasnya. Mrs Julia memperkenalkan anak baru itu di kelasnya. Nama anak itu Cathy. Setelah memperkenalkan diri,Mrs. Julia mempersilahkan Cathy memilih tempat duduknya. Cathy memilih duduk di belakang Anita. Bersama Sufaira.
Saat istirahat,mereka bermain bersama Cathy. “Cathy,dulu kamu tinggal dimana?” Tanya Anita. Cathy tak menjawab pertanyaan Anita. Tatap matanya terlihat sombong. Untung ada Kheyla yang segera mengajak Anita keluar dari kelas.
“Sekolah kita akan mengikuti lomba Karya Tulis tingkat provinsi. Silahkan kalian siapkan karya terbaik kalian untuk dipilih mewakili sekolah. Minggu depan karya kalian sudah harus dikumpulkan!” kata Mrs Julia sesaat sebelum bel pulang berdering. Anita segera berkemas. Dalam otaknya sudah banyak ide yang akan dia tulis.
Seminggu telah berlalu. Pagi itu dikelas suasananya ramai sekali. Rupanya teman-teman Anita saling memperlihatkan karyanya masing-masing. “Anita, Can I look your essay story?” tanya Kheyla. “Sure..” kata Anita sambil memberikan karya tulisnya. Tak lama kemudian. “Anita, adikmu terjatuh di lapangan” seru Sanita. Bergegas Anita dan Kheyla keluar kelas menuju lapangan sekolah. Tetapi ternyata Kidam baik-baik saja. Dia sedang bermain basket dengan teman-temannya. Rupanya itu hanya akal-akalan Sanita bersaudara dan Cathy untuk menyembunyikan karya tulis Anita saat Anita dan Kheyla sedang lengah.
Bel masuk berbunyi. “Anak-anak, ayo kumpulkan karya tulis kalian. Nanti siang akan Ibu umumkan karya siapa yang terbaik” kata Mrs Julia saat baru masuk kelas. Anita panik. Karya tulisnya tak ada di dalam tasnya. “Kheyla, kamu melihat karya tulisku,nggak? Kok nggak ada di dalam tasku?” tanya Anita hampir menangis. “Lho…bukankah tadi ada diatas mejamu.” kata Kheyla. Mrs Julia yang melihat kepanikan Anita segera bertanya pada Anita. Sambil agak menangis Anita berkata “Karya tulis saya hilang,Bu”. Beruntung Mrs Julia memahami perasaan Anita. Karena dia tahu, Anita adalah murid yang rajin dan jujur, tak mungkin Anita berbohong padanya.
“Anak-anak, siapa diantara kalian yang tahu dimana lembaran karya tulis Anita?” tanya Mrs Julia. Namun tak seorangpun yang menjawabnya. Setelah berkali-kali Mrs Julia bertanya pada murid-muridnya, akhirnya, Mrs Julia memanggil security sekolah untuk membantunya menggeledah tas murid di kelas Anita.
Ternyata, lembaran karya tulis Anita ditemukan di dalam tas Sufaira. Sufaira sangat ketakutan ketika Mrs Julia menggeledah tasnya. Mrs Julia pun memanggil Sufaira. Sufaira akhirnya mengaku bahwa ide menyembunyikan lembaran karya tulis Anita berasal dari Cathy dan dia beserta dua saudara kembarnya menyetujui ide itu. Mereka iri dengan prestasi yang diperoleh Anita selama ini.              
“Anak-anak, siapapun bisa mencapai hasil maksimal apabila tekun dan bersungguh-sungguh” kata Mrs Julia. Sanita,Salaiha,dan Sufaira serta Cathy meminta maaf pada Anita. Mereka
berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya lagi. Anita bahagia mendengarnya. Sejak saat itu mereka bersahabat dan sering belajar bersama. Sanita, Salaiha, Sufaira dan Cathy selalu belajar dari kerja keras dan kesabaran Anita, meski Anita seorang yatim piatu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar